PERISTIWA 10 NOVEMBER DI SURABAYA (2)
|
PERISTIWA 10 NOVEMBER DI SURABAYA (2)
sejarah singkat 10 november 1945 di Surabaya
10 November merupakan sebuah momen penting dalam sejarah di Indonesia,
pasalnya pada tanggal tersebut di peringati sebagai hari pahlawan .
Setelah proklamasi kemerdekaan yang telah di resmikan pada tanggal 17
Agustus 1945 Bangsa Indonesia harus kembali berperang dengan
pemberontakan yang terjadi di Surabaya.
Berikut sejarah pertempuran 10 November yang kami langsir dari wikipedia.
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor
Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa
semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri
dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi
tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap
sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk
banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh
pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah
berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai
pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang
telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan
pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang
memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.
Pada 10
November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala
besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung
pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000
infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan
darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di
seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya
penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh
menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.
Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang
paling dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat
dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi
utama Indonesia saat itu.
Di luar dugaan pihak Inggris yang
menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga
hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang
berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan
pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah
serangan skala besar Inggris.
Tokoh-tokoh agama yang terdiri
dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim
Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga
mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi
perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada
pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai)
shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari,
hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada
awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari
makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga
minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak
Inggris.
Ilustrasi gambar from google image
Setidaknya
6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat
sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India
kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya
yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan
rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi
korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan
oleh Republik Indonesia hingga sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar